Kakao dan Indonesia
19 November 2024Sumber Dari : www.siar.od.id
Oleh : Herlambang Adjie - 20/10/24
Indonesia merupakan salah satu negara produsen kakao setelah Pantai Gading dan Ghana. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis di Indonesia yang memiliki peran penting dalam perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data International Cocoa Organization (ICCO) pada 2021 / 2022, Indonesia berada pada peringkat ke-7 sebagai negara produsen kakao terbesar di dunia. Mayoritas produksi kakao berasal dari petani kecil yang tersebar di berbagai wilayah, seperti Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Meskipun memiliki potensi yang besar, industri kakao Indonesia masih dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti penurunan produktivitas, serangan hama, serta kualitas pascapanen.
Luas areal perkebunan kakao di Indonesia terus mengalami penurunan. Pada tahun 2018, luas areal perkebunan kakao mencapai 1,61 juta hektar dan mengalami penurunan sebesar 11,79 persen pada tahun 2022 menjadi 1,42 juta hektar. Penurunan tersebut salah satunya disebabkan karena terjadinya alih fungsi lahan ke komoditas lain yang dianggap dapat memberikan keuntungan yang lebih besar. Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini
Meskipun sering mengalami perubahan penggunaan lahan, beberapa provinsi yang merupakan penghasil kakao utama di Indonesia tetap mempertahankan produksi melalui petani swadaya. Sebagai contoh Kalimantan Timur adalah salah satu penghasil kakao rakyat di Indonesia, meskipun luas areanya relatif lebih kecil dibandingkan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. Namun, bagi petani di beberapa wilayah Kalimantan Timur, kakao menjadi sumber mata pencaharian utama. Beberapa daerah yang dikenal sebagai sentra penanaman kakao di Kalimantan Timur antara lain Kabupaten Berau (Kecamatan Sambaliung) dan Kabupaten Kutai Timur (Kecamatan Busang). Di sejumlah wilayah lainnya juga terdapat perkebunan kakao dengan luas yang relatif kecil. Berdasarkan data statistik tahun 2020, luas areal perkebunan kakao di Kalimantan Timur mencapai ± 6.883 hektar, dengan produksi biji kakao kering sebesar 2.537 ton. Data dari luas perkebunan hingga produksi tahunannya dapat dilihat di tabel berikut:
Meski begitu kendala dalam produktivitas kakao masih terdapat kendal. Adapun kendala dalam produksi kakao sebagai berikut:
-
Hama dan penyakit tanaman Salah satu masalah utama adalah serangan hama seperti penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella), serta penyakit yang sering menyerang kakao yaitu vascular streak dieback.
-
Penurunan produktivitas Banyak perkebunan kakao mengalami penurunan produktivitas karena usia tanaman yang sudah tua, kurangnya perawatan, dan teknik budidaya yang belum optimal.
-
Kualitas biji kakao Untuk dapat bersaing di pasar global, Indonesia perlu meningkatkan kualitas biji kakao, terutama dalam hal fermentasi dan pengolahan pascapanen, yang sering dianggap masih kurang optimal dibandingkan negara penghasil kakao lainnya.
Meskipun Indonesia merupakan salah satu produsen kakao terbesar di dunia, dengan kontribusi yang signifikan terhadap pasar global. Namun, industri kakao di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala, seperti penurunan produktivitas, serangan hama dan penyakit, serta kualitas pascapanen yang perlu ditingkatkan. Meskipun demikian, dengan dukungan pemerintah, sektor swasta, dan upaya berkelanjutan dari petani, ada peluang besar untuk memperbaiki kondisi ini dan mengoptimalkan potensi kakao sebagai komoditas unggulan nasional.