Mengapa harga pangan terus melonjak dan apakah era makanan murah sudah berakhir?
21 April 2025
Sumber : bbc, Luis Barrucho. 18 Mei 2025
Di Brasil, para penggemar kafein kini beralih ke minuman bubuk "rasa kopi". Sementara banyak restoran di AS menambahkan biaya ekstra untuk hidangan telur. Dalam beberapa tahun terakhir, harga makanan di berbagai belahan dunia—mulai dari minyak zaitun, jus jeruk, hingga kakao—mengalami pelonjakan. Secara keseluruhan, harga pangan mencapai rekor tertinggi setelah invasi skala penuh Rusia ke Ukraina pada 2022.
Situasi konflik di Ukraina mengguncang pasar pangan global. Baik Rusia maupun Ukraina merupakan eksportir utama gandum dan minyak bunga matahari. Selain itu, Ukraina juga dikenal sebagai pengekspor jagung. Harga-harga komoditas tersebut melonjak pada awal 2022 setelah Rusia memblokade pelabuhan-pelabuhan Ukraina. Namun, kesepakatan yang dicapai antara kedua belah pihak dan ditambahkannya rute pengiriman baru, memungkinkan Ukraina untuk kembali melakukan ekspor.
Permintaan pangan khususnya meningkat di banyak negara berkembang. Populasi di negara-negara ini makin bertambah dan pola makan juga berubah. "Namun, daya produksi di sektor-sektor ini belum seimbang dengan permintaan, sehingga harga makanan menjadi lebih mahal." Selain itu, Kenaikan suhu diperkirakan dapat meningkatkan inflasi pangan hingga 3,2% per tahun pada 2035. Hal ini merupakan kesimpulan studi bersama antara Bank Sentral Eropa dan Potsdam Institute for Climate Impact Research pada tahun lalu. Perubahan iklim telah memperlambat pertumbuhan produktivitas pertanian dalam 60 tahun terakhir, menurut laporan Bank Dunia pada 2022. Laporan tersebut memperingatkan potensi "titik kritis" ketika dampak iklim menggagalkan semua kemajuan di masa depan dalam upaya meningkatkan produktivitas pangan.
Di AS, wabah flu burung telah menyebabkan pemusnahan puluhan juta ayam. Harga selusin telur naik lebih dari tiga kali lipat sejak 2021 dan mencapai rekor tertinggi US$6,23 (sekitar Rp102.611) pada Maret, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS. Selain itu, Situasi perdagangan global yang tidak menentu, khususnya akibat tarif impor yang baru-baru ini diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump, juga dapat memengaruhi harga pangan.